Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan
Indonesia yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang sangat revolusioner
tentang pendidikan. Beliau berpendapat bahwa pendidikan itu adalah proses
memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia
mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Kodrat yang dimiliki anak sudah dituliskan
pada seorang anak yang baru lahir dan dapat terus berkembang dipengaruhi oleh
beberapa factor. Jika factor yang mempengaruhinya baik maka anak tersebut akan
dapat mengesampingkan factor buruk yang memang sudah ada padanya. Sebaliknya
jika factor yang mempengaruhinya kurang baik maka anak tersebut akan terus mengembangkan
factor buruknya itu. Factor buruk adawlah factor dominan yang dapat setiap saat
menggantikan factor baik dalam diri seseorang. Disinilah perlu adanya
pendidikan yang sesuai sehingga dapat berkesan dan bertahan bagi si anak dalam
mengesampingkan factor buruknya.
Kodrat anak itu dibagi lagi menjadi 2
yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
- Kodrat alam artinya tempat anak tersebut dilahirkan dan dibesarkan, misalnya ada yang dilahirkan di pedesaan, di perbukitan, di pegunungan, pesisir pantai dan sebagainya.
- Kodrat zaman merupakan keadaan social saat anak berada sekarang dana pa yang diharapkan dimiliki oleh anak, misalkan pengetahuan tentang teknologi yang pada akhirnya dapat melengkapi kodrat alam yang dimiliki anak.
Prinsip pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menarik lainnya adalah ketika beliau tidak menyamaratakan pendidikan untuk setiap anak. Beliau menganalogikan dengan menanam padi dan jagung. Ketika padi ditanam dan dipelihara sebagaimana layaknya memelihara padi maka hasilnya akan menjadi padi yang baik, begitupula dengan jagung. Kita tidak bisa menanam padi tapi dengan perlakuan seperti menanam jagung. Jika itu dilakukan maka hasilnya tidak akan baik karena padi adalah padi dan bukan jagung.
Ki Hajar Dewantara juga mengungkapkan
tentang budi pekerti dimana budi pekerti itu merupakan perpaduan dari cipta
(pikiran), rasa (perasaan) dan karsa (tingkah laku/kegiatan). Misalkan ketika
anak mempunyai budi pekerti luhur suka menolong artinya itu besasal dari
pikirannya (baik melaui proses pendidikan atau tidak) lalu ke perasaannya
kemudian ditindak lanjuti dengan perbuatannya memberikan pertolongan kepada
yang membutuhkan.
Pendidikan dan pembiasaan budi pekerti
yang baik seharusnya berasal dari lingkungan keluarga karena hamper setiap saat
anak berada dalam lingkungan keluarga dan biasanya tingkah laku orang tua yang
dijadikan contoh oleh anak.