Cari Blog Ini

Senin, 16 November 2009

Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, BAHASA, MORAL DAN SPIRITUAL ANAK

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Intelegensi atau intelek berarti pikir, sedangkan intelektual bias diartikan sebagai kemampuan kecerdasan. Perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubungkan sampai mengambil keputusan merupakan pengertian dari berpikir. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara cepat.

Anak usia Sekolah Dasar mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya secara objektif, mulai ingin mengetahui segala sesuatu, berusaha menambah pengetahuan, kemampuan dan pengalamannya.Mereka senang dengan kegiatan yang menantang, beraktifitas dan banyak gerak.

Menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar termasuk pada perkembangan operasi konkret. Mereka mampu berpikir secara logis dan kuantitatif, mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian. Kemampuan ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasi objek sesuai dengan klasifikasinya, tata urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain dan kemampuan berfikir deduktif. Mereka mampu untuk memusatkan perhatian pada beberapa atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersama dan mengerti hubungan antar dimensi.

Percobaan konsevasi Piaget terdiri dari :

1. Desentrasi dan konservasi, hasilnya anak mempunyai konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan dengan peruban pada dimensi lain.
2. Seriasi, hasilnya anak dapat mengurutkan benda dari yang terbesar sampai terkecil dan sebaliknya.
3. Pemikiran rasional, hasilnya anak dapat menyebutkan karakteristik teman-temannya (tinggi, pendek, gemuk, kurus)
4. Inklusi kelas, hasilnya anak dapat menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hierarki antar golongan dan dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih ari satu golongan yang mempunyai hubungan pada suatu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan.

B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah.

Untuk berkomunikasi secara efektif prlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diberikan sedini mungkinagar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang konkret agar mudah difahami anak.

1. Perkembangan Bahasa

Bentuk komunikasi manusia merupakan yang paling sempurna daripada binatang, karena manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.

Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.

2. Fungsi Bicara

Fungsi bahasa manusia antara lain :
a. Untuk mengekspresikan perasaan, merupakan kalimat spontan yang terucap tanpa ada tujuan apapun dan kepada siapapun.
b. Untuk mempengaruhi orang lain, merupakan kalimat batau isyarat yang dapat menyebabkan orang lain terpengaruh.
c. Untuk menyampaikan informasi, merupakan kalimat untuk menyampaikan informasi atau pemberitahuan kepada oran lain.

3. Tahap-tahap Bicara

Sebelum dapat berbicara lancar, ada tahapan yang biasa dilalui seseorang, antara lain :

Menangis, merupakan cara yang biasa dilakukan oleh bayi untuk berkomunikasi dan melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya.

Berceloteh, dilakukan oleh anak sebelum usia 2 tahun.

Holofrase, dilakukan oleh anak setelah usia 2 tahun sampai menjelang sekolah.

Mengobrol, disebut juga social speech merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna social, bertujuan agar pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain.

4. Faktor-faktor yang Memeacu Anak Cepat Berbicara

a. Keluarga
b. Media Elektronik
c. Sekolah

C. PERKEMBANGAN MORAL

Tingkah laku yang bermoral merupakan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai-nilai moral tersebut tidak sama tergantung dari faktor kebudayaan setempat. Nilai moral merupakan sesuatu yang bukan diperoleh dari lahir melainkan dari luar.

1. Perkembangan Moral Menurut Beberapa Pakar

Usia Sekolah Dasar merupakan tahun-tahun imajinasi atau keajaiban bagi anak.Berikut ini pendapat para ahli tentang perkembangan moral.

a. Menurut Piaget

Anak usia 5 tahun masih menilai benar dan salah secara kaku, disebut tahap moralitas heteronomous (heteronomous morality). Pada usia sekitar 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang sehingga penilaian benar dan salah menjadi relatif.

b. Menurut Kohlberg

Tingkat pertama, anak mengikuti semua peraturan yang telah ditentukan dengan harapan dapat mengambil hati orang lain dan dapat diterima dalam kelompok (moralitas anak baik)..

Tahap kedua, anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut (moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moral

Antara lain :
a. Lingkungan rumah
b. Lingkungan sekolah
c. Teman sebaya dan aktivitas
d. Intelegensi dan jenis kelamin

D. PERKEMBANGAN AGAMA

Menurut Zakiah Darajat (dalam Martini Jumaris), agama sebagai dari iman, pikiran yang diserapkan oleh pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Agama merupakan pengarah dan penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh baik di rumah maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan dalam artikelnya bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran)

Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik, bahasa, social, emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah dapat menggunakan metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi atau pemberian tugas. Untuk kelas tinggi dapat menggunakan metode ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas atau metode lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di SD, antara lain:
a. Metode Bercerita
b. Metode Bermain
c. Metode Karyawisata
d. Metode Demonstrasi
e. Metode Pemberian Tugas
f. Metode Diskusi dan Tanya Jawab.