Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Rangkuman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rangkuman. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 November 2011

Penalaran

Apakah Hakekat Penalaran?
            Penalaran adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan. Atau dapat dikatakan penalaran adalah proses berfikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan atau keyakinan). Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli.
Secara umum, penalaran itu dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi, atau gabungan keduanya. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum. Sebaliknya deduksi, adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum menuju hal-hal yang khusus, atau penerapan sesuatu yang umum pada peristiwa khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan.Dalam praktiknya kedua corak penalaran tersebut saling mendukung. Misalnya, proses induksi  tidak akan banyak manfaatnya jika tanpa diikuti proses deduksi, dan sebaliknya.

Bagaimana  Penalaran Induktif?
Penalaran induktif dapat dilakukan melaui generalisasi, analogi, atau hubungan kasual. Sementara itu, deduksi menggunakan silogisme atau variannya (entimem) sebagai sarana bernalar. Generalisasi ialah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus  Sedangkan penalaran induktif melalui analogi, yang dimaksud di sini adalah analogi logis, adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulam  Untuk penalaran induktif melalui sebab akibat memiliki karakteristik  : yakni 1) satu atau beberapa gejala yang timbul dapat berperan sebagai sebab atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya, 2) gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih , dan menghasilkan satu sebab atau lebih. 3) Hubungan sebab dan akibat dapat bersifat langsung dan tak langsung.

Penalaran Deduktif, apa yang dimaksudkan?
Deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori, atau keyakinan) menuju hal-hal yang khusus.
Deduksi bersifat spesifikasi (pengkhususan) Induksi maupun deduksi keduanya bekerja sama hal-hal yang khusus menuntun menuju generalisasi, dan generalisasi menggiring pada penerapan atau spesifikasi. Ketika kita menerapkan gereralisasi yang dihasilkan dari penalaran induktif, maka saat itu kita juga melakukan penalaran deduktif. Dalam induksi kita perlu mengumpulkan bahan atau fakta secara memadai sebelum sampai pada suatu kesaimpulan. Semakin banyak dan baik kualitas fakta yang dikumpulkan, akan semakin tinggi tingkat kebenaran kesimpulan itu.

Dalam bernalar seseorang dapat melakukan salah nalar, yang disebabkan oleh kekeliruan dalam proses berpikir, kekurangcermatan, kecerobohan, ketidaktahuan, atau sikap emosional. Dengan demikian, terjadinya salah nalar dapat disebabkan oleh generalisasi yang terlalu luas, kerancuan analogi, kesalahan kausalitas, kesalahan relevansi (karena kekurangpahaman, pengabaian, atau penyembunyian masalah sesungguhnya), dan kesalahan karena menyandarkan pendapat atau alasan mengenai suatu masalah terhadap seorang tokoh atau ahli di luar kepakarannya.......................

Lingkungan pendidikan

Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah, segala sesuatu yang ada di luar diri individu yang mempengaruhi pribadinya. Pribadi individu berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain melalui pengalaman hidup yang berlangsung dalam lingkungan yang positif individu akan berkembang kepribadiannya. Sebab itu lingkungan tempat individu hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya.
Seperti kita ketahui bersama bahwa pendidikan dapat berlangsung secara informal (keluarga, formal (sekolah), maupun nonformal (masyarakat.
Pendidikan informal (keluarga, biasanya berlangsung karena rasa tanggung jawab orang tua terhadap anak. Orang yang berperan sebagai pendidik yang utama di dalam keluarga, adalah ayah dan ibu (orang tua. Di samping itu anggota keluarga lain (kakak, paman, bibi, kakek, nenek, bahkan pembantu rumah tangga pun) dapat mempengaruhi atau mendidik anak melalui interaksi atau pergaulan dengan anak. Pengalaman yang diterima anak pada masa kecil akan menentukan sikap hidupnya di masa mendatang. Dengan demikian keluarga merupakan peletak dasar pendidikan bagi anak.
Secara tersirat tujuan pendidikan dalam keluarga pada umumnya adalah, agar anak menjadi pribadi yang mantap, beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Sesuai dengan sifatnya yang informal, keluarga tidak memiliki kurikulum formal atau kurikulum tertulis. Dari uraian terdahulu, keluarga mempunyai fungsi dalam pendidikan sebagai berikut: a) sebagai peletak dasar pendidikan anak, dan b) sebagai persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan adanya karakteristik lingkungan pendidikan informal sebagai berikut: (a) tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan karakter; (b) peserta didiknya bersifat heterogen; (c) isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada kurikulum tertulis; (d) tidak berjenjang; (e) waktu pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relatif lama; (f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar; (g) evaluasi pendidikan tidak sistematis dan insidental; credentials tidak ada dan tidak penting.
Di samping mendapatkan pendidikan di rumah (secara informal), anak tentunya juga mendapatkan pendidikan di sekolah (secara formal). Sekolah mempunyai tujuan yang jelas yang dituangkan dalam bentuk kurikulum. Tetapi pada umumnya tujuan sekolah adalah memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, makhluk Tuhan, serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
Selain itu sekolah mempunyai fungsi konservasi dan fungsi inovasi. Fungsi konservasi, berarti sekolah berupaya untuk melestarikan nilai-nilai sosial-budaya yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan fungsi inovasi, berarti sekolah berupaya untuk melakukan pembaharuan di dalam masyarakat.
Secara khusus sekolah mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan intelektual; (b) peserta didiknya bersifat homogen; (c) isi pendidikannya terprogram secara formal/kurikulumnya tertulis; (d) terstruktur, berjenjang, dan berkesinambungan; (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat, dan relatif lama; (f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artificial; (g) evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis; credentials ada dan penting.

Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Di lingkungan masyarakat ini juga setiap orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari orang-orang yang berada di sekitarnya, baik dari teman sebaya maupun orang dewasa melalui interaksi sosial secara langsung atau tatap muka maupun secara tidak langsung.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal hendaknya dipahami sebagai lingkungan pendidikan di luar keluarga dan di luar sekolah. Pendidikan dalam masyarakat (nonformal) dapat diselenggarakan secara tidak terstruktur dan berjenjang, dapat pula diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal selain menjadi tanggung jawab pemerintah, juga menjadi tanggung jawab bersama orang dewasa (masyarakat) yang ada di lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah, dan mungkin juga pengembang pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah.
Pendidikan nonformal mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) tujuan pendidikannya lebih bersifat pengembangan keterampilan praktis; (b) peserta didiknya bersifat heterogen; (c) isi pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis , ada pula yang tidak terprogram secara tertulis; (d) dapat terstruktur, berjenjang, dan berkesinambungan dan dapat pula tidak; (e) waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal, lama pendidikannya relative singkat; (f) cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar; (g) evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis; credentials mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.
Dalam perkembangannya sekarang keluarga tidak dapat lagi memenuhi segala kebutuhan dan aspirasi pendidikan bagi anak-anaknya, baik menyangkut pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk melaksanakan peranannya di dalam masyarakat. Dengan demikian sekolah dan masyarakat berfungsi sebagai pelengkap pendidikan yang tidak dapat diberikan oleh keluarga. Tetapi tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya. Keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pendidikan di sekolah dan di masyarakat.
Sekolah mendapat mandat, tugas dan tanggung jawab pendidikan dari orang tua dan masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan di sekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan aspirasi keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya sekolah perlu bekerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat. Pada masa sekarang sekolah tidak mampu lagi memberikan kebutuhan pendidikan bagi peserta didiknya secara menyeluruh, dan juga belum mampu menampung seluruh anak usia sekolah. Untuk itu pendidikan perlu dilengkapi, ditambah, dan dikembangkan melalui pendidikan di dalam lingkungan masyarakat.
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat hubungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Senin, 14 Juni 2010

ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA

A. PERPADUAN ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI

       Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia SD tahun 2004, pembelajaran Bahasa Indonesia dimulai dengan aspek mendengarkan yang Standar Kompetensinya telah ditetapkan oleh BSNP. Standar kKompetensi tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel yang terdiri dari Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator dan Materi pokok seperti yang biasa kita temui dalam silabus pembelajaran.

      Kemudian setelah aspek mendengarkan, diikuti oleh aspek-aspek lainnya yaitu Aspek Berbicara, Aspek Membaca dan Aspek Menulis. Aspek-aspek tersebut berurutan seperti itu dan sama dari mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6.

      Dalam pembelajaran di kelas, terutama di kelas tinggi, keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut dapat dipadukan satu sama lain.

B. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BAHASA DENGAN ASPEK SASTRA DI KELAS TINGGI.

      Dalam pembelajaran di kelas, guru dapat memadukan antara keterampilan berbahasa dengan aspek kesastraan. Misalkan di kelas 6, ada kompetensi dasar “Membaca Novel Anak”. Dalam indikator dari membaca novel anak tersebut terdapat aspek mendengarkan, aspek sastra dan dapat juga ditambah dengan aspek menulis dan membaca

Senin, 16 November 2009

Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, BAHASA, MORAL DAN SPIRITUAL ANAK

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Intelegensi atau intelek berarti pikir, sedangkan intelektual bias diartikan sebagai kemampuan kecerdasan. Perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubungkan sampai mengambil keputusan merupakan pengertian dari berpikir. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara cepat.

Anak usia Sekolah Dasar mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya secara objektif, mulai ingin mengetahui segala sesuatu, berusaha menambah pengetahuan, kemampuan dan pengalamannya.Mereka senang dengan kegiatan yang menantang, beraktifitas dan banyak gerak.

Menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar termasuk pada perkembangan operasi konkret. Mereka mampu berpikir secara logis dan kuantitatif, mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian. Kemampuan ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasi objek sesuai dengan klasifikasinya, tata urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain dan kemampuan berfikir deduktif. Mereka mampu untuk memusatkan perhatian pada beberapa atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersama dan mengerti hubungan antar dimensi.

Percobaan konsevasi Piaget terdiri dari :

1. Desentrasi dan konservasi, hasilnya anak mempunyai konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan dengan peruban pada dimensi lain.
2. Seriasi, hasilnya anak dapat mengurutkan benda dari yang terbesar sampai terkecil dan sebaliknya.
3. Pemikiran rasional, hasilnya anak dapat menyebutkan karakteristik teman-temannya (tinggi, pendek, gemuk, kurus)
4. Inklusi kelas, hasilnya anak dapat menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hierarki antar golongan dan dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih ari satu golongan yang mempunyai hubungan pada suatu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan.

B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah.

Untuk berkomunikasi secara efektif prlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diberikan sedini mungkinagar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang konkret agar mudah difahami anak.

1. Perkembangan Bahasa

Bentuk komunikasi manusia merupakan yang paling sempurna daripada binatang, karena manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.

Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.

2. Fungsi Bicara

Fungsi bahasa manusia antara lain :
a. Untuk mengekspresikan perasaan, merupakan kalimat spontan yang terucap tanpa ada tujuan apapun dan kepada siapapun.
b. Untuk mempengaruhi orang lain, merupakan kalimat batau isyarat yang dapat menyebabkan orang lain terpengaruh.
c. Untuk menyampaikan informasi, merupakan kalimat untuk menyampaikan informasi atau pemberitahuan kepada oran lain.

3. Tahap-tahap Bicara

Sebelum dapat berbicara lancar, ada tahapan yang biasa dilalui seseorang, antara lain :

Menangis, merupakan cara yang biasa dilakukan oleh bayi untuk berkomunikasi dan melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya.

Berceloteh, dilakukan oleh anak sebelum usia 2 tahun.

Holofrase, dilakukan oleh anak setelah usia 2 tahun sampai menjelang sekolah.

Mengobrol, disebut juga social speech merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna social, bertujuan agar pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain.

4. Faktor-faktor yang Memeacu Anak Cepat Berbicara

a. Keluarga
b. Media Elektronik
c. Sekolah

C. PERKEMBANGAN MORAL

Tingkah laku yang bermoral merupakan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai-nilai moral tersebut tidak sama tergantung dari faktor kebudayaan setempat. Nilai moral merupakan sesuatu yang bukan diperoleh dari lahir melainkan dari luar.

1. Perkembangan Moral Menurut Beberapa Pakar

Usia Sekolah Dasar merupakan tahun-tahun imajinasi atau keajaiban bagi anak.Berikut ini pendapat para ahli tentang perkembangan moral.

a. Menurut Piaget

Anak usia 5 tahun masih menilai benar dan salah secara kaku, disebut tahap moralitas heteronomous (heteronomous morality). Pada usia sekitar 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang sehingga penilaian benar dan salah menjadi relatif.

b. Menurut Kohlberg

Tingkat pertama, anak mengikuti semua peraturan yang telah ditentukan dengan harapan dapat mengambil hati orang lain dan dapat diterima dalam kelompok (moralitas anak baik)..

Tahap kedua, anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut (moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moral

Antara lain :
a. Lingkungan rumah
b. Lingkungan sekolah
c. Teman sebaya dan aktivitas
d. Intelegensi dan jenis kelamin

D. PERKEMBANGAN AGAMA

Menurut Zakiah Darajat (dalam Martini Jumaris), agama sebagai dari iman, pikiran yang diserapkan oleh pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Agama merupakan pengarah dan penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh baik di rumah maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan dalam artikelnya bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran)

Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik, bahasa, social, emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah dapat menggunakan metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi atau pemberian tugas. Untuk kelas tinggi dapat menggunakan metode ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas atau metode lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di SD, antara lain:
a. Metode Bercerita
b. Metode Bermain
c. Metode Karyawisata
d. Metode Demonstrasi
e. Metode Pemberian Tugas
f. Metode Diskusi dan Tanya Jawab.

Dinamika Budaya Indonesia

KONSEP DASAR ANTROPOLOGI

DINAMIKA BUDAYA INDONESIA

A. DEFINISI KEBUDAYAAN

Dilihat dari asal usul katanya, kebudayaan berasal dari bahasa sanskekerta, yaitu budhayyah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budhi atau akal”. Dalam bahasa latin atau yunani kebudayaan berasal dari kata “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.

Menurut A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn, kebudayaan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe definisi, yaitu kebudayaan sebagai tingkah laku yang dipelajari sampai ke tradisi-tradisi, alat-alat untuk memecahkan masalah, produk/artefak. Ide-ide symbol.

Ahli antropologi E.B.tylor (1874) dalam bukunya “primitive culture” menulis kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adapt istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut R. Clinton dalam bukunya “the culture background of personality” (1974), kebudayaan ialah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsure pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. Koentjaraningrat (1990:180), kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.

Menurut Suhandi (1994:6) kebudayaan memiliki cirri-ciri umum, yaitu :
1. Kebudayaan dipelajari
2. Kebudayaan diwariskan atau diteruskan
3. Kebudayaan hidup di dalam masyarakat
4. Kebudayaandikembangkan dan berubah
5. Kebudayaan itu terintegrasi

Sifat dari hakikat kebudayaan menurut Williams dalam Sukanto (1986:16, sebagai berikut ;
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dalam kebudayaan manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan berisikan aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitasserta tindakan dari kelompok manusia.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Menurut Kluckhon, terdapat tujuh unsur :
1. Bahasa
Bahasa berguna untuk interaksi sosial. Bahasa dapat dibedakan atas :
a. Bahasa isyarat
b. Bahasa lisan
c. Bahasa tulisan

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan satu unsur kebudayaan universal yang dapat ditemukan dalam semua kebudayaan dari semua bangsa di dunia.

3. Organisasi Sosial
Dalam tiap masyarakat, kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adapt istiadat dan aturan aturan mengenai berbagai kesatuandi dalam lingkungan mana ia hidup dan bergaul. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sebagai suatu kesatuan. Keluarga ini hasil dari perkawinan antar individu. Ada 2 macam aturan perkawinan, yaitu:

Endogami ialah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya kawin dengan orang yang masih kerabatnya atau kelompoknya atau kampungnya sendiri.

Eksogami ialah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya kawin dengan orang yang berasal dari luar kerabatnya atau luar kampungnya atau luar kelompoknya.

3. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup ialah segala alat-alat yang digunakan manusia dalam kegiatan sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi menurut Iskandar Alisyahbana (1980:1) : “Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia”.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Berdasarkan tingkat teknologi yang dipergunakan, sistem ekonomi dapat dibagi atas :
a. Masyarakat pemburu dan peramu Food Gathering Economecs)
b. Pertanian berpindah-pindah atau berladang (primitive farming)
c. Pertanian intensif (intensive farming)
d. Industri (manufacturing)

Pendistribusian hasil produksi dibagi menjadi :
i. Barter atau tukar menukar barang terdapat pada masyarakat pemburu dan peramu.
ii. Redistribusi : barang-barang produksi dikumpulkan oleh seseorang atau sekelompok orang berwenang, kemudian dibagikan lagi. Terdapat pada masyarakat primitive dan masyarakat modern.
iii. Sistem pasar, yaitu proses menjual dan membeli barang di suatu tempat dengan mempergunakan alat tukar uang. Sistem ini diduga mulai timbul pada masyarakat bertani menetap.

6. Sistem Religi
Pada hakikatnya sistem ini sangat kompleks dan berkembang di berbagai tempat di dunia. Unsur pokok religi pada umumnya ialah :
a. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan religi.
b. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam gaib, hidup, mati, surga dan neraka.
c. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut.
d. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara keagamaan.

Agama berasal dari bahasa sanksekerta yang artinya tidak kacau balau. Agama menjadi identitas bagi setiap individu; memberi doronganspiritual bagi individu untuk beerperilaku di masyarakat; menjadi arah atau petunjuk tentang makna hidup.

7. Kesenian
Kesenian merupakan unsur kebudayaan universal yang sudah pasti akan didapatkan pada semua kebudayaan semua bangsa yang ada di dunia, baik bangsa yang hidupnya terpencil maupun bangsa yang sudah maju.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Perubahan kebudayaan dapat disebabkan oleh faktor daro dalam (internal) atau faktor dari luar (eksternal) masyarakat itu. Faktor yang berasal dari dalam yaitu :
a. Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat.
b. Adanya individu yang menyimpang dari sistem yang berlaku, apabila penyimpangan ini dibiarkan maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya sehingga terjadi perubahan.
c. Adanya penemuan-penemuan baru (inovasi) yang diterima oleh masyarakat dan membawa perubahan kebudayaan.
d. Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.

Faktor yang berasal dari luar masyarakat diantaranya :
a. Bencana alam; gunung meletus; banjir.
b. Peperangan
c. Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya.

D KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA

Asimilasi ialah proses sosial yang timbuljika ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk jangka waktu yang lama sehingga kebudayaan tadi masing-masing berubah sifat khasnya dan juga unsur-unsurnya berubah menjadi unsur-unsur kebucayaan campuran.

Golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi ialah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.

Peran Dan Status Individu Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Kedudukan status dan peranan tentang sistim statifikasi sosial termasuk unsure-unsur dalam teori sosiologi. Raplinton, kedudukan dan peranan, kecuali merupakan unsure-unsur baku dalam sistim statifikasi sosial juga mempunyai arti penting bagi sistim sosial masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistim sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan tiombal balik antar individu dengan masyarakatnya.

A. KEDUDUKAN (STATUS)

Soejono soekanto, kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok di dalam kelompok yang lebih besar. Menurut kamus sosiologi status diartikan sebagai :
1. Pososi dalam suatu hierarki
2. Suatu wadah hak dan kewajiban
3. Aspek statis dari peranan
4. Prestise yang dikaitkan dengan suatu posisi
5. Jumlah peranan ideal dari seseorang.

Status dalam arti objektif dilihat sebagai suatu tatanan hak dan kewajiban secara hierarkis dalam struktur formal organisasi. Ditinjau dari aspeknya maka status objetif ini agak stabil.

Dari segi subjektif status yang dimiliki seseorang merupakan hasil penilaian orang lain terhadap diri seseorang dengan siapa dia berhubungan. Jadi status seseorang akan berubah jika penilaian yang dilakukan penilaian terhadap orang tersebut juga berubah menurut situasi, kondisi, tempat dan waktu.

Menurut Talcott Parson dari segi subjektif penilaian status menjadi lima criteria, yaitu :
1. Kelahiran
2. Mutu pribadi
3. Prestasi
4. Pemilikan
5. Otoritas

Pada kenyataannya kelima sumber status diatas tidak selalu konsisten untuk penilaian seseorang dan peranan yang dimiliki orang dalam masyarakatnya ditentukan situasi kelompok, seperti contoh ibu Ani situasi dirumah dan disekolah yang membedakan perannya..

Pendapat F. Jnaniecki bahwa situasi dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi subjektif maupun segi objektif.

Subjektif → Penilaian pribadi, sesuai interpretasi dan konsep pribadi

Situasi

Objektif → Penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh kebudayaannya

Di masyarakat dikenal tiga macam kedudukan, yaitu :
a. Ascribed-Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan

b. Archieved- Status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersikap terbuka bagi individu dalam mengejar serta mencapai tujuannya.

c. Asssigned-Status merupakan kedudukan yang diberikan kepada seseorang yang berjasa.

Dalam kehidupan sehari-hari untuk menentukan kedudukan seseorang dapat dilihat dari cirri-ciri yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan dalam sosiologi dinamakan sebagai status-simbol antara lain :
1. Cara berpakaian
2. Paergaulan
3. Cara-cara mengisi waktu senggang
4. Memilih tempat tinggal

B PERANAN (ROLE)

Ada 3 aspek dari peran yakni peran menyalurkan tindakan seseorang ; ada hubungan antara nilai-nilai dan peran dan ketiga menunjukkan bahwa pelaksanaan peran dipelajari dan dalam beberapa hal menjadi bagian dari kepribadian.

Proses belajar memainkan suatu peran dimulai sejak awal sekali. Pengambilan peran merupakan salah satu proses penting dalam pembentukan kepribadian dewasa.

C. TUJUAN PERAN

Empat katagori utama dari tujuan yang digeneralisasikan sebagai atau seluruhnya disediakan oleh peran yang diharapkan dimainkan orang dan berfungsi sebagai penarik orang kepada peran ini.
1. Tujuan instrumental adalah dengan memainkan suatu peran untuk mencapai tujuan lain.
2. Penghargaan. Penghargaan ini dimaksudkan dengan suatu perasaan dihormati , «terpandang », dinilai oleh orang lain sebagai yang penting.
3. Rasa aman. Tujuan yang digeneralisasikan ketiga adalah rasa aman secara ekonomi, sosial dan psikologis.
4. Respon ialah kesempatan yang diberikan peran-peran tertentu untuk membentuk hubungan sosial yang memuaskan, menyenangkan dari orang-orang yang penting baginya.

Setiap pekerjaan mempunyai penghargaan yang tidak sama dalam masyarakat. Penghargaan terhadap pekerjaan menpunyai hubungan dengan keberadaan kelas-kelas sosial yang terdapat dalam masyarakat.